Gol Bunuh Diri Schuster yang Menentukan: Freiburg Gagal Tembus Liga Champions Musim 2012/13
Musim 2012/13 menjadi salah satu momen paling dramatis dalam sejarah SC Freiburg. Di pekan ke-34 Bundesliga, peluang untuk mencetak sejarah dengan lolos ke Liga Champions pertama kalinya terbuka lebar. Namun, duel penentuan melawan FC Schalke 04 di kandang justru berakhir pahit. Bukan hanya karena kekalahan, tetapi karena tragedi yang melibatkan sang kapten, Julian Schuster LIGALGO.
Kala itu, Freiburg berada di posisi kelima klasemen, hanya tertinggal satu poin dari Schalke yang duduk di peringkat keempat batas terakhir untuk tiket Liga Champions. Kemenangan adalah satu-satunya jalan bagi Freiburg untuk melampaui Schalke. Antusiasme suporter memuncak, dan atmosfer di stadion Schwarzwald Stadion benar-benar membakar semangat pemain. Namun, kenyataan di lapangan berbicara lain.
Laga dimulai dengan tensi tinggi. Schalke membuka keunggulan, namun Freiburg berhasil menyamakan kedudukan melalui Jonathan Schmid. Harapan kembali tumbuh. Namun, hanya berselang beberapa menit, sebuah insiden tragis membalikkan semuanya. Sang kapten, Julian Schuster, yang saat ini menjabat sebagai pelatih kepala Freiburg, mencetak gol bunuh diri yang mengubah skor menjadi 1-2 untuk keunggulan Schalke.
Gol Bunuh Diri Schuster yang Mengubah Segalanya
Gol tersebut berawal dari sebuah serangan balik cepat yang sempat terhambat. Setelah umpan dari Jermaine Jones tak mengarah ke gawang, rekan Schuster, Immanuel Höhn, mencoba menyapu bola. Namun, bola malah mengenai tubuh Schuster dan memantul masuk ke gawang sendiri. Ironisnya, itu adalah satu dari tiga gol bunuh diri Schuster selama kariernya di Bundesliga, yang juga mencetak sepuluh gol ke gawang lawan dalam 187 penampilan.
Meskipun Freiburg tampil dominan di laga tersebut, skor tak berubah hingga peluit akhir dibunyikan. Schalke mengamankan tempat di Liga Champions, sementara Freiburg harus puas finis di posisi kelima dan lolos ke Liga Europa sebuah prestasi besar untuk klub dengan sumber daya terbatas, namun tetap terasa pahit karena peluang yang nyaris tergapai.
Sepuluh tahun kemudian, memori itu masih membekas, terutama bagi Schuster. Kini ia berdiri di sisi lapangan sebagai pelatih kepala Freiburg menggantikan Christian Streich, legenda klub yang pensiun pada akhir musim 2023/24. Di bawah arahannya, Freiburg kembali bersaing di papan atas Bundesliga. Meskipun mereka kembali finis di posisi kelima dalam dua musim terakhir 2022 dan 2023, peluang lolos ke Liga Champions tetap terbuka lebar musim ini.
Mengejar Mimpi Lama di Era Baru Schuster
Kesuksesan Freiburg saat ini adalah cerminan perkembangan klub yang stabil dan konsisten. Dari tim yang kerap berjuang menghindari degradasi, kini Freiburg menjadi kekuatan yang diperhitungkan dalam perebutan tiket Eropa. Meski Liga Europa telah menjadi langganan, Liga Champions tetap menjadi mimpi besar yang belum terealisasi.
Musim ini, Freiburg kembali menunjukkan performa solid. Di bawah arahan Schuster, tim bermain dengan intensitas tinggi dan keseimbangan antara lini muda dan pemain berpengalaman seperti Matthias Ginter, yang juga tampil di laga tragis 2013. Namun, seperti satu dekade lalu, tantangan terbesar datang pada pekan terakhir liga.
Dengan persaingan ketat di papan atas dan hanya selisih poin tipis antara peringkat keempat hingga ketujuh, Freiburg harus menghadapi tekanan yang tak asing lagi. Apakah pengalaman pahit masa lalu akan menjadi bahan bakar motivasi, atau justru mengulang cerita lama?
Yang pasti, Freiburg hari ini adalah tim yang berbeda lebih matang, lebih kuat secara struktur, dan memiliki pelatih yang memahami sepenuhnya arti dari momen-momen krusial. Schuster bukan hanya melatih tim, tetapi juga mencoba menebus sejarah yang sempat melukai dirinya sendiri.
Freiburg mungkin belum berhasil mengamankan tempat di Liga Champions, namun pencapaian mereka dalam beberapa musim terakhir telah mengangkat posisi klub dalam peta sepak bola Jerman. Dan jika akhirnya tiket Liga Champions itu datang, akan ada satu nama yang merayakannya dengan lebih emosional dari yang lain: Julian Schuster.
Leave a Reply