Hanya Air Mata Perpisahan: Hofmann Beri Penghormatan pada Tah, Xabi Alonso Dibiarkan Terdiam
Momen emosional mewarnai laga kandang terakhir Bayer Leverkusen musim ini. Di tengah euforia dan tangis perpisahan, satu nama mendapat penghormatan penuh dari rekan dan suporter, sementara nama lain justru terdiam dalam ruang hening yang menyelimuti BayArena. Xabi Alonso dan Jonathan Tah resmi menjalani laga pamungkas mereka di kandang, namun respons dari para pemain menunjukkan nuansa yang berbeda LIGALGO.
Laga yang berlangsung sengit berakhir dengan kekalahan 2-4 dari Borussia Dortmund. Namun hasil pertandingan seolah hanya menjadi latar belakang dari momen yang lebih besar: perpisahan dua sosok penting dalam perjalanan Leverkusen beberapa musim terakhir. Xabi Alonso, yang nyaris membawa klub menorehkan musim impian, digadang-gadang akan melanjutkan kariernya ke Real Madrid, menyusul peluang menjadi pelatih utama dalam ajang Piala Dunia Antarklub di Amerika Serikat pada pertengahan Juni. Sementara itu, Jonathan Tah dikabarkan semakin dekat dengan kepindahan ke Bayern München secara gratis.
Namun yang menarik perhatian bukan hanya spekulasi masa depan mereka, melainkan bagaimana para pemain menyikapi momen ini. Jonas Hofmann, penyerang Leverkusen yang dikenal cerdas dan diplomatis, memilih kata-kata yang mencerminkan perasaannya – dan mungkin juga perasaan sebagian ruang ganti.
Hanya Air Bungkam Soal Alonso: Loyalitas Dihargai, Jarak Disimpan
Dalam wawancara pasca-pertandingan, Hofmann memberikan penghormatan mendalam kepada Jonathan Tah. Dengan suara yang tenang, ia menyebutkan bahwa Tah layak mendapatkan momen emosional tersebut. Sepuluh tahun bersama satu klub, kata Hofmann, adalah hal yang langka di era sepak bola modern. Ia menggambarkan Tah sebagai sosok penting, tidak hanya di lapangan, tetapi juga di hati tim dan suporter. Suatu bentuk loyalitas yang pantas dirayakan, bahkan dalam suasana kekalahan.
Namun ketika berbicara mengenai Xabi Alonso, Hofmann justru memilih diam. Tidak ada kalimat pujian, tidak ada refleksi atas kepemimpinan sang pelatih. Sebuah kekosongan yang menyiratkan lebih dari sekadar profesionalisme. Diamnya Hofmann bisa jadi mencerminkan jarak yang terbentuk selama musim ini sebuah musim yang bagi sebagian pemain, tidak selalu berjalan ideal di balik gemerlap prestasi.
Fakta bahwa Hofmann sempat kehilangan tempatnya di skuad utama menjadi sorotan. Beberapa minggu sebelumnya, ia secara terbuka mengkritik komunikasi yang minim dari Alonso, serta kebingungannya atas perubahan statusnya dari pemain inti menjadi cadangan. Meski tak menyulut konflik terbuka, ketegangan itu terlihat dari respons datarnya saat diminta menanggapi kepergian Alonso.
Hanya Air Perpisahan Dua Arah: Tah Dipeluk, Alonso Dilepas dalam Diam
Sementara para suporter menyanyikan lagu perpisahan dan memberikan penghormatan visual di tribun, ruang emosional antara pemain dan pelatih terasa kontras. Bagi Tah, pelukan dan air mata mengiringi langkah terakhirnya di BayArena. Bagi Alonso, hanya diam – dan mungkin, pemakluman diam-diam atas dinamika ruang ganti yang tidak semua berjalan mulus.
Kepergian Alonso dan Tah menandai akhir dari satu era pendek namun penuh cerita di Leverkusen. Klub ini, yang musim lalu hampir mengguncang dominasi Bayern di Bundesliga, akan menghadapi musim depan dengan wajah baru. Transisi ini, seperti yang terlihat dari perpisahan tersebut, tak hanya soal strategi atau transfer, tapi juga soal chemistry dan dinamika internal yang sulit dibaca dari luar.
Hofmann telah memilih jalurnya: memberi penghormatan dengan sepenuh hati kepada sahabat seperjuangannya, Jonathan Tah, yang meninggalkan BayArena setelah satu dekade penuh loyalitas. Dalam momen penuh emosi itu, Hofmann tak ragu untuk mengungkapkan rasa hormatnya yang mendalam, baik terhadap kualitas profesional maupun dedikasi tanpa batas yang telah ditunjukkan Tah selama bertahun-tahun.
Namun, ketika saatnya tiba untuk berbicara tentang Xabi Alonso, ia memilih diam. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya untuk pelatih yang sempat mengangkat Leverkusen ke level yang lebih tinggi, meski akhir musim ini terasa penuh dengan ketegangan yang tak tersampaikan.
Leave a Reply