Kepemimpinan Ganda di Lini Depan? Begini Reaksi Toppmöller Jelang Final Liga Champions
Menjelang laga penentuan melawan SC Freiburg, pelatih Eintracht Frankfurt Dino Toppmöller dihadapkan pada masalah taktis. Setelah dua hasil imbang beruntun di Bundesliga masing-masing 1-1 melawan Mainz dan 2-2 saat menjamu St. Pauli, pertanyaan besar muncul: akankah Toppmöller berani melakukan perubahan besar dalam formasi dan susunan pemain untuk laga yang disebut-sebut sebagai “final kecil” musim ini IDCWIN88?
Dalam beberapa pekan terakhir, Toppmöller menunjukkan kecenderungan untuk tetap setia pada susunan inti, bahkan saat performa tim tidak dalam kondisi optimal. Namun, pendekatan konservatif ini mulai dipertanyakan, terutama setelah penampilan yang kurang tajam di lini depan dan kehilangan momentum di dua laga terakhir.
Kepemimpinan Ganda Kegagalan Strategi Serangan Cepat
Formasi tiga penyerang cepat yang kembali digunakan dengan Ansgar Knauff dan Jean Matteo Bahoya mendampingi Hugo Ekitiké, tidak berhasil memecah pertahanan solid St. Pauli. Padahal skema ini sebelumnya efektif saat Eintracht menggulung RB Leipzig 4-0. Ketiganya, yang mengandalkan ruang terbuka untuk memanfaatkan kecepatan, justru terlihat buntu menghadapi blok pertahanan kedua terbaik di liga.
Meski sempat unggul cepat hanya dalam 23 detik, Eintracht justru gagal mempertahankan intensitas dan kedisiplinan setelah gol pembuka. Keputusan Toppmöller untuk tidak segera mengubah formasi atau strategi saat pertandingan mulai tidak terkendali memunculkan kritik. Baru setelah babak pertama berakhir, pelatih asal Jerman itu memasukkan Michy Batshuayi. Namun, langkah ini dinilai terlambat, mengingat Eintracht sudah tertinggal lebih dulu sebelum penyerang Belgia itu mencetak gol penyeimbang.
Bahoya dan Ekitiké di Ujung Tanduk?
Dengan laga penting di depan mata, konsistensi Bahoya kembali menjadi sorotan. Gelandang serang asal Prancis itu tampil di bawah ekspektasi dalam dua laga terakhir dengan rating performa yang rendah. Di sisi lain, Ekitiké juga terlihat terisolasi dan tidak mendapat dukungan memadai sebagai penyerang tunggal.
Opsi untuk menduetkan striker tampaknya menjadi pertimbangan logis. Meski Batshuayi dan Elye Wahi sempat disebut bukan opsi utama, performa Bahoya yang menurun bisa membuka jalan bagi perubahan. Alternatif menarik lainnya adalah memainkan Knauff lebih maju sebagai striker kedua, langkah yang bisa membawa efek kejutan bagi lawan.
Knauff bukan tanpa bukti. Ia memiliki catatan bagus saat menghadapi Freiburg. Musim lalu, ia mencetak dua gol dalam hasil imbang dramatis 3-3 di markas lawan, setelah masuk menggantikan Kalajdzic yang cedera. Kecepatan dan kecerdasannya membaca ruang bisa menjadi kunci dalam formasi baru yang lebih dinamis.
Kepemimpinan Ganda Lini Belakang: Perlu Penyesuaian?
Di sektor pertahanan, Toppmöller juga dihadapkan pada potensi krisis. Tuta mengalami cedera saat melawan St. Pauli dan kemungkinan absen. Namun, performanya yang menurun belakangan ini juga menjadi bahan evaluasi. Bek muda Nnamdi Collins disebut sebagai kandidat pengganti, sementara Aurele Amenda masih diragukan tampil karena belum sepenuhnya pulih.
Menghadapi lini serang Freiburg yang agresif, kestabilan di pertahanan menjadi prioritas utama. Kehadiran Robin Koch, Arthur Theate, dan Rasmus Kristensen di barisan belakang akan sangat krusial. Ketiganya adalah pemain dengan pengalaman internasional dan dipercaya bisa menjadi tulang punggung pertahanan dalam laga penentu ini.
Laga melawan Freiburg bukan hanya tentang tiga poin. Ini adalah pertaruhan status, prestise, dan masa depan Eintracht di kompetisi Eropa. Untuk itu, keputusan taktis Toppmöller, apakah tetap bertahan dengan formula lama atau mengambil risiko dengan kombinasi baru akan menentukan arah musim mereka.
Apakah Toppmöller akan memainkan duet striker dan memberikan efek kejutan yang dibutuhkan? Ataukah ia tetap teguh dengan susunan lama yang mulai menunjukkan kelemahannya? Jawabannya akan segera terungkap dalam apa yang bisa menjadi laga paling menentukan musim ini.
Leave a Reply